Selasa, 24 Mei 2016

Gereja Merah





Kota Kediri memiliki satu bangunan gereja tua berarsitektur unik. Gereja beralamatkan di jl. KDP Slamet 43 Kediri ini terlihat begitu megah dan berarsitektur klasik dengan ciri khas bangunan peninggalan Belanda. Namun yang unik dari bangunan tersebut, gereja ini berwarna merah, sehingga sangat mencolok, namun memiliki keindahan tersendiri.
GPIB Immanuel, nama asli Gereja Merah itu didirikan tahun 1904. Gerja tersebut menjadi salah satu gedung Gereja yang tertua yang berada di kota Kediri. Walau telah berusia
101 tahun, terlihat bentuk kondisi fisik gedung sudah tua tetapi masih tampak begitu kokoh. Gereja yang saat ini mempunyai warna gedung merah bata ini belum pernah direnovasi sama sekali.
Gedung unik ini dinilai memiliki nilai sejarahdan nilai arsitektur yang tinggi. Sebab itulah, gedung ini dilabeli Cagar Budaya oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur. Gereja GPIB Immanuel ditetapkan pemerintah sebagai bangunan Cagar Budaya berdasarkan SK No SP202/0231/DKP/2008.Gereja ini terbuka untuk umum, bagi warga yang ingin menikmati keindahan arsitektur gereja bisa datang dan meminta izin kepada pengurus gereja.
Sejumlah umat Kristiani berada di depan Gereja GPIB Immanuel Kediri, Jawa Timur, Jumat. GPIB Immanuel atau yang biasa disebut Gereja Merah yang dibangun pada pemerintahan kolonial Belanda pada tahun 1904 tersebut telah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya sejak tahun 2007, dan menjelang perayaan natal gereja tersebut mulai ramai di datangi warga kristiani dan wisatawan luar kota untuk berdoa dan wisata rohani.
Gereja Merah juga memiliki koleksi kitab injil kuno yang kini telah berusia 144 tahun. Meski telah berusia hampir satu setengah abad, kitab Injil tersebut masih terawat dengan baik. “Usia kitab Injil ini lebih tua dari usia Gereja Merah. Kami menempatkannya di kotak kaca supaya lebih aman dan tidak disentuh setiap orang,” ungkap Lorens Hendrik, koster Gereja Merah.
Kitab Injil kuno dengan ukuran 43 x 29 cm dengan ketebalan 10 cm tersebut diterbitkan pada September 1867 oleh De Nederlandtche Bijbel Compagnie. Sejauh ini tidak ada yang tahu kapan kitab Injil berbahasa Belanda tersebut mulai berada di Gereja Merah.
Menurut Lorens Hendrik, pengelola gereja memang tidak mengetahui pasti kapan datangnya kitab tersebut. Namun dari penuturan pengurus sebelumnya, kitab Injil sudah ada bersamaan dengan peresmian pemakaian Gereja Merah. Dari catatan prasasti, Gereja Merah diresmikan pada 21 Desember 1904. Tulisan lengkap prasasti berbahasa Belanda tersebut, De Eerste Steen Gelegd Door Ds J.A.Broers 21 Dec 1904 J.V.D. Dungen Gronovius Fecit.
Meski warna kertasnya telah berubah setengah cokelat, namun tulisannya masih jelas dapat terbaca. Kitab Injil terbitan 1867 tersebut dapat bertahan lama karena dilapisi dengan sampul kulit yang cukup tebal. Sehingga sampul tersebut juga berfungsi menjadi semacam kotak penyimpanan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar